Translate

Sabtu, 18 Juni 2016

Puisi Lama (07)

Puisi lama memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

  1. Penulis puisi lama biasanya tidak dikenal nama pengarangnya atau biasa disebut anonim.
  2. Puisi lama merupakan kesusastraan lisan yang disampaikan lewat mulut ke mulut, sehingga menjadi sastra lisan.
  3. Puisi lama menggunakan gaya bahasa yang statis (tetap) dan klise.
  4. Isi puisi lama bersifat fantastis dan istanasentris.
Berikut ini merupakan jenis-jenis puisi lama, yaitu :
  •  Mantra
Mantra adalah ucapan-ucapan yang dianggap memiliki kekuatan gaib.
  •  Pantun
Pantun adalah puisi yang bercirikan a-b-a-b, tiap bait terdiri dari empat baris, tiap baris terdiri dari 8-12 suku kata, 2 baris awal sebagai sampiran, 2 baris terakhir sebagai isi.
  •  Karmina
Karmina adalah pantun kilat seperti pantun, tetapi lebih pendek.
  •  Seloka
Seloka adalah pantun berkait yang kalimat kedua dan keempat bait pertama diulang kembali pengucapannya menjadi kalimat pertama dan ketiga bait kedua.
  •  Gurindam
Gurindam adalah puisi yang berdirikan tiap bait 2 baris, bersajak a-a-a-a dan berisi nasihat.
  •  Syair
Syair adalah puisi yang bersumber dari Arab dengan ciri tiap bait 4 baris, bersajak a-a-a-a, berisi nasihat, atau cerita.
  •  Talibun
Talibun adalah pantun genap yang tiap bait terdiri atas 6, 8, ataupun 10 baris.

Puisi (06)

"Raja mufakat dengan menteri
Seperti kebun berpagarkan duri

"Betul hati kepada raja
Tanda jadi sebarang kerja

"Hukum adil atas rakyat
Tanda raja beroleh inayat

"Kasihkan orang yang berilmu
Tanda rahmat atas dirimu

"Hormat akan orang yang pandai
Tanda mengenal kasa dan cindai

"Ingatkan dirinya mati
Itulah asal berbuat bakti

"Akhirat itu terlalu nyata
Kepada hati yang tidak buta

"Dengan guru hendaklah hormat
Supaya badan hendak selamat

Puisi (05)

Perasaan Seni

Karya : J.E. Tatengkeng


Bagaikan banjir gulung-gemulung,
Bagaikan topan seru-menderu,
Demikian Rasa,
Datang semasa.

Mengalir, menimbun, mendesak, mengepung,
Memenuhi sukma, menawan tubuh.
Serasa manis sejuknya embun,
Selagu merdu dersiknya angin,

Demikian Rasa,
Datang semasa,
Membisik, mengajak aku berpantun,
Mendayung jiwa ke tempat diingin.


Unsur Teater (04)

Unsur pendukung teater adalah sebagai berikut :

1.Gerak
    Unsur gerak dalam seni teater terdiri atas dua macam, yaitu :
    a). Gerak manusia  b). Gerak alam (binatang, tumbuhan, dan unsur-unsur utama (pemeran/pelaku/pemain/aktor).
2. Tubuh manusia sebagai unsur utama.
3. Suara sebagai unsur penunjang.
4. Bunyi sebagai efek penunjang.
5. Rupa sebagai unsur penunjang.
6. Lakon sebagai unsur penjalin.
7. Tata busana/ pakaian merupakan perlengkapan.
8. Tata rias merupakan pengubah karakter pribadi menjadi karakter tokoh yang sedang dibawakannya.
9. Tata panggung sebagai tempat pentas.
10. Tata lampu sebagai penyempurna pementasan.
11. Tata bunyi bertujuan menghidupkan suasana teater secara kreatif.

Jenis-Jenis Drama (03)

Jenis-Jenis drama yaitu :

  • Drama absurd, yaitu drama yang sengaja mengabaikan atau melanggar konvensi alur, penokohan, dan tematik.
  • Drama borjuis, yaitu drama yang bertemakan kehidupan kaum bangsawan atau borjuis.
  • Drama domestik, yaitu drama yang menceritakan kehidupan rakyat biasa.
  • Drama heroik, yaitu drama yang merupakan peniruan bentuk tragedi dan selalu bertemakan cinta dan nama baik.
  • Drama liris, yaitu drama yang berbentuk puisi.
  • Drama rumah tangga, yaitu drama yang menggambarkan kehidupan suatu rumah tangga yang realistis.
  • Drama satire, yaitu drama yang berisi tentang sindiran, umumnya bersifat komedi.
  • Drama tari, yaitu drama yang dilaksanakan dengan tarian.
  • Drama tendens, yaitu drama yang berisi masalah sosial, seperti kepincangan-kepincangan yang terjadi dalam masyarakat.
  • Drama duka, yaitu drama yaitu drama yang khusus menggambarkan kejahatan atau keruntuhan tokoh utama.
  • Drama anak-anak, yaitu drama yang ceritanya dikhususkan untuk anak-anak.

Bentuk Relasi Makna (02)

Relasi makna adalah hubungan semantik yang terdapat antara satuan bahasa yang satu dengan satuan bahasa lainnya. Relasi makna tersebut mengasilkan pemahaman mengenai suatu pengertian tententu sehingga proses interaksi sosial dapat terjadi. Berikut beberapa bentuk relasi makna :

  • Sinonim atau Sinonimi


Sinonim digunakan untuk kesamaan arti. Hal tersebut dapat dilihat dari kenyataan bahwa para penyusun kamus menunjukkan sejumlah kata yang memiliki makna yang sama.

  • Antonim atau Antonimi


Antonimi adalah oposisi makna dalam pasangan leksikal yang dapat dijenjangkan (Kridalaksana, 1982). Antonimi merupakan hubungan di antara kata-kata yang dianggap memiliki pertentangan makna.

  • Homonimi atau Homonim

Homonimi adalah beberapa kata diucapkan persis sama tapi artinya beda (Alwasilah, 1987: 150). Menurut Verhaar (1983: 395), homonim adalah hubungan di antara dua kata atau lebih yang bentuknya sama tetapi maknanya berbeda.

  • Hiponimi atau Hiponim

Chaer (2003: 305-306) mengatakan bahwa hoponimi adalah hubungan semantik antara sebuah bentuk ujaran yang maknanya tercakup dalam makna bentuk ujaran yang lain. Misalnya kata merak dan burung. Relasi hiponimi bersifat searah, bukan dua arah, sebab jika merak berhiponim dengan burung, maka burung bukan berhiponim dengan merak, melainkan berhipernim.

Makna Denotatif dan Konotatif (01)

Makna Denotatif
Sebuah kata dapat dikatakan memiliki makna denotatif jika kata tersebut mengandung pengertian yang sebenarnya. Makna denotatif digunakan di dalam bahasa ilmiah karena hal tersebut penting dalam proses pengungkapan gagasan. Pada dasarnya, makna denotatif merupakan makna yang diambil dari hasil observasi, yaitu menurut penglihatan, penciuman, pendengaran, perasaan, atau pengalaman lainnya.

Makna Konotatif
Makna konotatif ada di sebuah kata, jika kata tersebut "memiliki rasa", bisa diartikan positif maupun negatif. jika tidak memiliki rasa maka kata tersebut tidak memiliki konotasi. selain itu, kata konotatif menghasilkan makna yang tidak hanya mengungkapkan sebuah gagasan tetapi mengungkapkan pendapat dengan emosi tertentu. Makna konotatif dapat berubah dan berbeda antara kelompok satu dengan kelompok lainnya. Hal tersebut bergantung pada cara pandang kelompok masyarakat tersebut.

Berikut beberapa contoh kata yang bermakna denotatif dan konotatif :

  • Mengukir
Denotatif : Mengukir kayu dalam bentuk yang unik adalah salah satu bentuk yang mengagumkan.
Konotatif : Taufik Hidayat sudah mengukir prestasi yang sangat bagus.

  • Memegang
Denotatif : Saat menyeberang jalan, Toni memegang tangan ayah dengan erat.
Konotatif : Hingga kini, Wila memegang tujuh jabatan di kampusnya.

  • Memecahkan
Denotatif : Rafi tidak sengaja memecahkan gelas saat ia berjalan.
Konotatif : Rafi memecahkan empat rekor karena dapat berhitung cepat tanpa kalkulator.

  • Duduk
Denotatif : Duduk dengan posisi yang tepat dan benar dapat mengurangi tubuh untuk menjadi bungkuk.
Konotatif : pada tahun 1998, ia masih duduk di bangku SD.